tapaktuan

tapaktuan
acehselatan

Minggu, 11 Desember 2011

Tuan susah dan Tuan senang

Bukankah susah dan senang itu bagaikan tamu yang mampir ke rumah kita. Mereka pasti datang. Tinggal bagaimana sikap kita menjadi tuan rumah yang baik.
“Tuan, mengapa Tuan tak pernah bersedih?”
“Tak pernah bersedih? Siapa bilang? Tentu saja aku pernah bersedih.”
“Tapi aku tak pernah melihatnya.”
“Karena aku jarang bersedih. Kalau pun aku bersedih, aku jarang menunjukkannya.”
“Bagaimana caranya, Tuan?”
“Jadilah tuan rumah yang baik.”
“Aku tak mengerti.”
“Begini. Susah dan senang itu bagaikan tamu yang mampir ke rumah kita. Hanya mampir. Tak lama. Tapi mereka pasti datang. Jadi, tergantung bagaimana sikap kita menjadi Tuan rumah yang baik.”
“Maksudnya?”
“Ketika kita kedatangan susah, kerap kali kita sebal. Merasa tak senang. Malah tak jarang kita mengumpat. Mengutuki kesusahan yang sedang datang berkunjung. Padahal ia selalu datang dengan alasan. Tak mungkin tanpa tujuan. Entah itu sekadar bersilaturahim atau hendak mengingatkan kita.”“Lalu?”
“Lalu ketika kita kedatangan senang, kita kerap lupa diri. Terlalu gembira karena kesenangan sedang mengunjungi kita. Seolah-oleh kita ini orang paling bahagia sedunia. Padahal kedatangan mereka tak lama. Namanya juga mampir. Pasti tak lama. Mereka tidak lantas bakal tinggal di rumah kita toh?”
“Lantas bagaimana caranya menjadi tuan rumah yang baik itu?”
“Jamu mereka dengan baik. Suguhkan senyuman dan hati tenang. Ketika Tuan Susah datang, sambut. Persilahkan masuk dan duduk. Tawarkan minuman. Mungkin ia lelah. Ajak berbincang. Begitu pun jika Tuan Senang yang datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar